Banjir adalah persoalan yang sangat akrab dengan semua negara, baik itu yang masih dalam tahapan berkembang maupun maju. Di Asia sendiri, Indonesia dikenal sebagai salah satu Negara yang hampir tiap tahun mengalami banjir. Persoalan ini bahkan menjadi agenda mendesak untuk segera dipecahkan sebab bencana ini telah menjadi rutinitas di Surabaya salah satunya.
Mencermati pengertian banjir tersebut di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa peristiwa banjir adalah tergenangnya suatu wilayah daratan yang normalnya kering dan diakibatkan oleh sejumlah hal antara lain air yang meluap yang disebabkan curah hujan yang tinggi dan semacamnya. Istilah-istilah yang terkait dengan banjir ini ada banyak antara lain: banjir bandang, banjir maksimum, banjir tahunan dan masih banyak lagi lainnya.
Dalam beberapa kondisi, banjir bisa menjadi bencana yang merusak lingkungan dan bahkan merenggut nyawa manusia. Oleh sebab itu penanganan terhadap penyebab banjir selalu menjadi hal yang serius. Apa saja yang bisa memicu terjadinya banjir? Secara umum, penyebab banjir dibagi ke dalam dua yakni faktor alam dan campur tangan manusia. Meski dipisahkan, namun kedua hal tersebut sesungguhnya terkait satu sama lain.
PENYEBAB BANJIR
Penyebab banjir merupakan bencana alam yang terjadi di berbagai kota-kota di dunia dengan skala yang berbeda. Manfaat air bagi kehidupan merupakan kebutuhan yang paling penting bagi manusia, namun ketika keseimbangan proses alam menjadi terganggu, bencana seperti banjir ini bisa datang.
Negara dengan iklim tropis memiliki intensitas curah hujan yang tinggi, sehingga ketika musim penghujan datang debit pada penampungan air seperti waduk, kali, sungai menjadi tinggi dan meluap. Ketika hal tersebut terjadi, membawa masalah lingkungan yang dikhawatirkan akan terus datang disetiap musim hujan yaitu, bencana banjir.
Penyebab banjir, terlihat dari definisi banjir secara sederhana yaitu hadirnya air pada kawasan luas sehingga menutupi permukaan daratan pada kawasan tersebut. Contohnya ketika terjadi peningkatan curah hujan pada suatu wilayah, akan membuat air di tempat tersebut meningkat. Jika pada kawasan tidak memiliki sistem perairan yang baik, genangan akan terus meningkat seiring dengan proses terjadinya hujan yang terus terjadi.
Ada tiga faktor sangat berpengaruh penyebab banjir terjadi:
- Pertama kerusakan lingkungan, hal ini ditandai peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan bumi (pemanasan global). Kondisi bumi yang memanas menyebabkan perubahan iklim semakin tidak stabil. Dampak perubahan iklim bagi Indonesia dapat dirasakan dengan semakin keringnya musim kemarau dan intensitas air hujan yang semakin tinggi di musim penghujan. Naiknya permukaan air laut disebabkan dataran es di kutub mencair serta merta membuat abrasi pantai semakin cepat. Kedua fenomena alam tersebut membuat terbenamnya daratan yang biasanya kering dan dapat ditinggali oleh manusia atau biasa kita kenal dengan istilah banjir.
- Faktor kedua adalah sistem pengelolaan lingkungan. Pengelolaan lingkungan semakin berpengaruh terhadap kehadiran bencana banjir, seiring dengan kecenderungan semakin meningkatnya wilayah perkotaan. Pertambahan jumlah penduduk, terutama di wilayah perkotaan, berdampak pada peningkatan kebutuhan akan tempat tinggal dan daya dukung perkotaan. Meluasnya wilayah pemukiman memiliki pengaruh langsung terhadap berkurangnya daerah resapan air, karena hampir seluruh permukaan tanah berganti dengan aspal atau beton. Kondisi tersebut diperparah dengan penataan bangunan dan wilayah yang kurang memperhatikan sistem pembungan air. Kekurang ketersediaan pepohonan yang dapat berfungsi sebagai peresapan air merupakan kombinasi yang semakin sempurna untuk mendatangkan bencana banjir. Hampir sebagian besar kota-kota besar di Indonesia belum memiliki sistem drainase yang terpadu.

- Faktor ketiga yang lebih penting dari kedua faktor diatas adalah perilaku manusia. Perbedaan mencolok antara desa dengan kota selain dilihat dari tingkat kepadatannya adalah pola hidup. Orang di desa lebih mampu bersahabat dengan alam sekitarnya sedangkan di kota seringkali tidak menghiraukan aspek lingkungan. Buktinya adalah di kota-kota besar, gedung bertingkat dan jalanan beton menggusur tanah- tanah resapan air, bahkan situ atau danau ditimbun kemudian dibangun mall. Keegoisan manusia telah menyebabkan bencana banjir selalu dekat dengan kehidupan kita.

- Erosi: Pengikisan bunga tanah hanya menyisakan batuan yang menyebabkan air hujan terus mengalir deras pada atas permukaan tanah tanpa adanya resapan.
- Penanganan sampah yang buruk: Penyumbatan aliran air pada saluran-saluran air seperti got atau gorong-gorong membuat air meluap dan membanjiri daerah sekitarnya.
- Tata ruang yang buruk: Lahan kosong yang telah diubah menjadi bangunan, menyebabkan hilangnya daya resap air hujan. Pembangunan tempat pemukiman pada lahan tersebut bisa meningkatkan resiko banjir lebih tinggi, jika dibandingkan dengan tanah terbuka yang berdaya serap tinggi.
- Kerusakan bendungan dan saluran air: walaupun tidak sering terjadi namun bisa menyebabkan banjir terutama pada saat musim hujanderas yang panjang.
- Keberadaan tanaman: tanah yang ditumbuhi banyak tanaman mempunyai daya serap air yang tinggi, namun hal yang sebaliknya terjadi jika tanah tertutup semen, paving, atau aspal yang sama sekali tidak menyerap air.
BEBERAPA TEKNOLOGI UNTUK MENGATASI BANJIR
LUBANG RESAPAN BIOPORI
Lubang resapan biopori adalah teknologi tepat guna dan ramah
lingkungan untuk mengatasi banjir dengan cara meningkatkan daya resapan air,
mengubah sampah organik menjadi kompos dan mengurangi emisi gas rumah kaca (CO2
dan metan), memanfaatkan peran aktivitas fauna tanah dan akar tanaman, dan
mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh genangan air seperti penyakit demam
berdarah dan malaria.
Bagaimana cara membuatnya? Cara membuatnya cukup mudah, kita cukup membuat lubang di tanah dengan menggunakan bor tanah. Diameternya cukup 10 cm dengan panjang kira-kira sebesar 100 cm. Semakin banyak lubang biopori di halaman rumah, kita semakin aman dari bahaya banjir.
Bagaimana cara membuatnya? Cara membuatnya cukup mudah, kita cukup membuat lubang di tanah dengan menggunakan bor tanah. Diameternya cukup 10 cm dengan panjang kira-kira sebesar 100 cm. Semakin banyak lubang biopori di halaman rumah, kita semakin aman dari bahaya banjir.
Sketsa penampang Lubang Resapan Biopori
LRB bisa dibuat di beberapa tempat, misalnya sekeliling
pohon, dasar saluran dan batas tanaman. Aplikasi ini memang cukup sederhana dan
mudah dilakukan. Terlebih, di kota-kota besar, lubang resapan air semakin
berkurang. Untuk itu, diperlukan lubang resapan yang dibuat sendiri, untuk
menampung air yang mengalir.
Lubang Resapan Biopori pada batas taman
Pembuatan Biopori dengan bor tanah
SUMUR RESAPAN
Sumur resapan ini memiliki banyak manfaat diantaranya, sebagai
pengendali banjir, melindungi serta memperbaiki kualitas air tanah, menekan
laju erosi dan dalam jangka waktu lama dapat memberi cadangan air tanah yang
cukup. Secara sederhana, prinsip kerja sebuah sumur resapan yaitu menyimpan
(untuk sementara) air hujan dalam lubang yang sengaja dibuat, selanjutnya air
tampungan akan masuk ke dalam tanah sebagai air resapan (infiltrasi). Air resapan ini selanjutnya menjadi
cadangan air tanah.
Potongan Tegak
Pemasangan Sumur Resapan
Bagaimana sebenarnya
sumur resapan itu bekerja? Air hujan yang jatuh ke halaman kita setidaknya 85
persen harus bias diserap oleh halaman tersebut agar tidak meluapkan banjir.
Halaman rumah kita secara alamiah bias menyerap curahan air hujan yang jatuh,
termasuk dari atap rumah, yang mengalir melalui talang. Di sini sumur resapan
akan mengurangi sumbangan bencana banjir dengan mengurangi sumbangan run off
air hujan.
Dibawah tanah,
resapan ini akan masuk merembes lapisan tanah yang disebut sebagai lapisan
tidak jenuh, dimana tanah (dari berbagai jenis) masih bias menyerap air,
kemudian masuk menembus permukaan tanah (water table) di mana dibawahnya
terdapat air tanah (ground water) yang terperangkap di lapisan tanah yang
jenuh. Air tanah inilah yang sebenarnya kita konsumsi.
Masuknya air hujan
melalui peresapan inilah yang menjaga cadangan air tanah agar tetap bisa
dicapai dengan mudah. Ii karena permukaan air tanah memang bisa berubah-ubah,
tergantung dari suplai dan eksploitasinya. Dengan teralirkan ke dalam sumur
resapan, air hujan yang jatuh di areal rumah kita tidak terbuang percuma ke
selokan lalu mengalir ke sungai.
Bagaimana sebaiknya
Sumur Resapan di Pekarangan Rumah Kita Dibuat? Standar Nasional Indonesia (SNI)
tentang Tata Cara Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan untuk Lahan Pekarangan,
menetapkan beberapa persyaratan umum yang harus dipenuhi sebuah sumur resapan
yaitu :
- Sumur resapan harus berada pada lahan yang datar, tidak pada tanah berlereng, curam atau labil.
- Sumur resapan harus dijauhklan dari tempat penimbunan sampah, jauh dari septic tank (minimum lima meter diukur dari tepi), dan berjarak minimum satu meter dari fondasi bangunan.
- Penggalian sumur resapan bisa sampai tanah berpasir atau maksimal dua meter di bawah permukaan air tanah. Kedalaman muka air (water table) tanah minimum 1,50 meter pada musim hujan.
- Struktur tanah harus mempunyai permeabilitas tanah (kemampuan tanah menyerap air) lebih besar atau sama dengan 2,0 cm per jam (artinya, genagan air setinggi 2 cm akan teresap habis dalam 1 jam), dengan tiga klasifikasi, yaitu :
·
Permeabilitas sedang, yaitu 2,0-3,6 cm
per jam.
·
Permeabilitas tanah agak cepat (pasir
halus), yaitu 3,6-36 cm per jam.
·
Permeabilitas tanah cepat (pasir
kasar), yaitu lebih besar dari 36 cm per jam.
Spesifikasi Sumur Resapan
Sumur resapan dapat
dibuat oleh tukang pembuat sumur gali berpengalaman dengan memperhatikan
persyaratan teknis tersebut dan spesifikasi sebagai berikut :
1. Penutup Sumur
Untuk penutup sumur
dapat dipilih beragam bahan diantaranya :
- Pelat beton bertulang tebal 10 cm dicampur dengan satu bagian semen, dua bagian pasir, dan tiga bagian kerikil.
- Pelat beton tidak bertulang tebal 10 cm dengan campuran perbandingan yang sama, berbentuk cubung dan tidak di beri beban di atasnya atau,
- Ferocement (setebal 10 cm).
2. Dinding sumur bagian atas dan bawah
Untuk dinding sumur
dapat digunakan bis beton. Dinding sumur bagian atas dapat menggunakan batu
bata merah, batako, campuran satu bagian semen, empat bagian pasir, diplester
dan di aci semen.
3. Pengisi
Sumur
Pengisi sumur dapat
berupa batu pecah ukuran 10-20 cm, pecahan bata merah ukuran 5-10 cm, ijuk,
serta arang. Pecahan batu tersebut disusun berongga.
4. Saluran air hujan
Dapat digunakan pipa
PVC berdiameter 110 mm, pipa beton berdiameter 200 mm, dan pipa beton setengah
lingkaran berdiameter 200 mm.
Sumur Resapan batu bata
Hipotesa
Dengan adanya penerapan teknologi-teknologi di atas pada tiap lingkungan masyarakat kota, maka diharapkan akan dapat meminimalisir terjadinya bencana banjir yang sangat merugikan tersebut.